Selasa, 22 September 2020

SEKOLAH RIMBA SOLUSI UNTUK DAERAH 3T

       Peserta kuliah umum pembatik level 4 patut berbangga karena mendapatkan kesempatan berbagi pengalaman dengan seorang pegiat pendidikan, pendiri dan Direktur Institut Pusat Kajian Pendidikan Masyarakat Adat "Butet Manurung". Butet Manurung lahir di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1972 dengan nama asli Saur Marlinang Manurung. "Butet" sendiri awalnya merupakan panggilan akrab yang diberikan teman-temannya dan kini masyarakat Indonesia lebih mengenal wanita yang telah dikarunia dua anak ini dengan  "Butet Manurung". 

       Pada kuliah umum ini Ibu Butet menurung berbagi pengalaman mendirikan Sekolah Rimba di daerah sulit yang memiliki banyak tantangan dan penuh perjuangan. Mulai dari penolakan masyarakat Rimba, pengusiran, keterbatasan sarana, hingga dikejar binatang buas.  Pada kesempatan ini, wanita lulusan Unpad Jurusan Antropologi dan Sastra Indonesia ini juga menceritakan bagaiman dia mendapatkan pelajaran dari hutan jadi menurut dia "BELAJAR DARI MENGAJAR".

SEKOLAH FORMAL TIDAK COCOK UNTUK DAERAH SULIT

       Ibu Butet Manurung menyampaikan bahwa sekolah formal yang ada sekarang tidak cocok diterapkan di daerah sulit seperti di hutan. Sekolah formal tidak bermanfaat buat mereka, permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi di hutan tidak bisa diselesaikan di sekolah formal. Mereka lebih membutuhkan kompetensi yang taktis seperti bagaimana cara memanah, memanjat, dan begaimana menghadapi serangan binatang buas. 

       Kurikulum yang dikembangkan oleh Ibu Butet Manurung di hutan atau rimba adalah berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat setempat, permasalahan ini kemudian dikembangkan dan didiskusikan dengan tokoh masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan kurikulum disetiap lokasi berbeda karena permasalahan yang dihadapi juga berbeda. Bahkan wanita berdarah Batak ini menyampaikan bahwa bahasa yang digunakan untuk mengajar juga menggunakan bahasa daerah setempat. 

       Hal penting yang harus menjadi perhatian khusus bagi pengajar atau guru yang mengajar di daerah adalah menghargai budaya, adat istiadat mereka, dan merendahkan hati untuk menerima perbedaan. Cara mereka berpakaian, berbicara, dan bergaul adalah keragaman yang harus kita hargai. Pada kesempatan ini Ibu Butet Manurung memaparkan bagaimana dia bergaul dengan anak Rimba, berburu bersama, bergaul dan belajar bersama. 

MENGAPA SEKOLAH FORMAL TIDAK MEMBERIKAN SOLUSI?

1. Sekolah formal tidak mengajarkan kemampuan yang sesuai dengan kondisi/potensi sekarang.  

Hal ini merupakan tantangan bagi guru yang mengajar di sekolah formal untuk menambahkan  kompetensi yang kondisi.potensi sekarang. Misalnya kemampuan berburu.

2. Sekolah formal tidak mengakomodir cara belajar lokal dan alamiah yang dinamis di alam bebas. 

Siswa hanya berada di kelas yang dibatasi tembok yang tidak memberikan siswa bergerak bebas  bergerak aktif. Seorang guru perlu sekali-kali membawa siswa belajar di luar kelas yang sesuai   dengan konsep,

3, Sekolah formal tidak mengatasi persoalan kehidupan dan permasalahan sekitar siswa.   

Seorang guru sebaiknya memasukkan peristiwa sehari-hari dalam kelas sehingga guru dan siswa dapat mengatasi masalah secara bersama-sama. Misalnya bagaimana mengatasi sampah plastik maka  solusinya guru dan siswa membawa minuman dalam botol.

4. Sekolah formal tidak belajar merespon persoalan kehidupan dan perubahan sekitar anak. 

Seorang anak rimba yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung untuk pergi dari hutan  sehingga tidak dapat membangun kampung halamannya. Hal ini terjadi karena ilmu yang diperolehnya tidak nyambung  dengan ilmunya akibatnya ilmunya tidak dapat memecahkan permasalahan-permasalahan di hutan, 

5. Sekolah formal tidak mengakomodasi nilai dan kebenaran versi lokal. 

Seorang siswa akan dianggap melanggar aturan apabila memakai cawat, tatto padahal hal ini merupakan budaya lokal yang perlu dihargai.

Pada kesempatan ini penulis juga sangat berbahagia karena pertanyaan saya sebagai guru di daerah perbatasan dibacakan dan dijawab oleh wanita yang saya idolakan tersebut, penulis menanyakan bagaimana cara mendapat dukungan dari berbagai pihak agar mendukung peningkatan pendidikan di daerah sulit, dan jawabannya adalah BUKTIKAN KEBERHASILAN PROGRAM ANDA MAKA DUKUNGAN AKAN MENGALIR.

Semangat berjuang. Merdeka belajarnya, Fortal Rumah Belajarnya, Maju Indonesia


    

    



Senin, 21 September 2020

SAHABAT RUMAH BELAJAR : GURU HEBAT HARUS BELAJAR PUBLIC SPEAKING

       Peningkatan kualitas guru di seluruh Indonesia tidak  dapat dihentikan oleh apapun termasuk dimasa pandemic covid 19. Kuliah umum  Pusdatin Kemendikbud bagi para Sahabat  Duta Rumah Belajar  dilaksanakan secara serentak untuk seluruh guru dari tanggal 14  s.d 17 September 2020 . Sebanyak lebih dari 1000 guru mengikuti kuliah umum tersebut merupakan wakil dari setiap Provinsi di Tanah Air. Peningkatan guru dalam berkomunikasi disampaikan oleh Charles Bonar Sirait seorang seorang artis, presenter,penulis dan Trainer Public Speaking.

      Charles Bonar Siraut yang lebih populer disapa Bang Charles ini mengungkapkan bahwa guru ideal adalah guru yang tidak saja populer tapi juga harus meningkatkan kompentensi. Popularitas guru diperlukan tapi tidak mulak karena komunikasi atau pesan akan lebih bermakna apabila yang menyampaikan itu berpengaruh atau populer. Bang Charles kemudian menekankan bahwa orang yang berpengaruh itu  populer dan kompeten.

       Bang Charles kemudian berbagi Tips membangun Public Speaking bagi Guru :

1.  Memahami pola komunikasi sederhana

     Pesan yang disampaikan seorang guru harus disederhanakan  agar bisa diterima dengan baik oleh siswa. Hal yang paling penting dimiliki seorang penyampai pesan menurut Bang Charles adalah seorang guru harus bisa jadi pemimpin.

                                                "Memimpin pada dasarnya adalah perkara 
                                                  mempengaruhi dan meyakinkan orang lain"
                                                  (Kale Luderman, PH.D & Eddie Erlandson,MI)

Guru harus bisa memiliki jiwa kepemimpinan untuk mempengaruhi siswa untuk menerima pesan yang disampaikan oleh guru tersebut. Seorang guru yang memiliki jiwa kepemimpinan akan selalu membangun image atau citra yang baik agar memiliki pengaruh. 

1.  Harus Dipercaya 

     Pada  materi ini Bang Charles juga mengutip sebuah kalimat yang disampaikan oleh Jack Canfield, Author of "The Success Principle"
                                                   
                                                 "Jika kamu tidak percaya sama sama seorang penyampai pesan
                                                  (Pemimpin), maka kamu tidak akan percaya pesannya."

Sebelum kita bicara tentang konten kepada siswa, siswa harus percaya dulu dengan gurunya. Jika tidak maka siswa tidak akan percaya pesan kita. Bang charles kemudian menyatakan bahwa membangun kepercayaan itu tidak mudah namun perlu dibangun dengan cara selalu meningkatkan kompetensinya, membangun nama baik, dan reputasi.

b. Pendidik Pusat Perhatian Publik

     Pendidik atau penyampai pesan harus memiliki kemampuan menarik, karena seorang pelajar akan memperhatikan gurunya dari ujung kaki hingga diujung kepala. Sedikit saja penampilan kita yang salahmaka kan menjadi penilaian tersendiri bagi siswa dan hal ini akan mengurangi rasa percaya mereka kepada kita.

c. Pendidik Harus Mampu membuat Publik Terjaga
    
    Seorang pendidik harus membuat siswa selalu semangat memperhatikan guru pada saat menyampaikan pesan, tidak boleh ada siswa yang mengantuk atau tidur. Kita harus membangun interaksi dengan siswa agar siswa tidak bosan dan merasa bahwa apa yang ingin guru sampaikan adalah penting.

     Menciptakan suasana agar siswa selalu terjaga adalah seorang guru harus mempersiapkan diri sebelum menyampaikan pesan kepada siswa diantaranya membuat skenario yang menarik, judul dan konten yang menarik. 


2. Impactful Communication  (Memiliki Kekuatan untuk mendapatkan Rasa Simpati)

Seorang pendidik harus memiliki rasa simpati, kasih sayang dan ikhlas untuk berbagi agar pesan yang disampaikan mudah sampai kepada siswa. Contoh ekspreseif, menyentuh siswa, responsif, tertarik, sensitif, dan mampu memberikan inspirasi bagi siswa.

3. Persuasive Coomunication (Membangun Opini atau Keyakinan)
 
Opini publik terhadap kita ternyata dapat diciptakan, demikian pula dengan opini siswa terhadap guru. Seorang guru harus  membentuk sebuah opini siswa bahwa kita adalah guru yang dapat dipercaya dan pesan yang disampaikan itu adalah penting. 

Membangun opini siswa dapat dibangun oleh guru melalui  memaksimalkan kemampuan guru  dalam mengajar atau menyampaikan pesan. Guru pada jaman sekarang tidak perlu berjuang sendiri, guru perlu memerlukan alat bantu atau peraga yang menarik yang sesuai dengan zaman.

4. Persona Branding

Guru harus dikenal siswa, mampu menunjukkan ciri khas atau kemampuan uniknya. Misalnya guru yang ahli bidan IT, guru yang ahli Publikasi Ilmiah, guru yang mampu membuat puisi, dll. Jadi baranding itu bisa dibentuk melalui sosial media dll. 

Membangun branding dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi guru melalui peningkatan kompetensi  secara internal seperti peningakatan  finansial, famili dan ekternal seperti peninkatan kualifikasi pendidikan, diklat dll.

Demikian hasil rangkuman kuliah dengan Charles Bonar Sirait, semoga bermanfaat.





        

       

Sabtu, 19 September 2020

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA MELAUI PENINGKATAN MUTU GURU DI DAERAH 3T

A. Pengantar 

  Mutu pendidikan di Indonesia saat ini sangat jauh tertinggal dari negara lain di daerah 3T,.salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah terjadinya ketidak merataan pendididikan. Kondisi pendidikan di daerah 3T sangat memprihatinkan, selain masalah sarana dan prasarana yang minim dan sulitnya akses sarana komunikasi dan informasi, daerah 3T juga dihadapkan oleh rendahnya kualitas guru. 

Masyarakat di daerah 3T sangat jauh berbeda dengan masyarakat perkotaan, mereka pada umumnya kurang memiliki motivasi yan kuat dalam mendukung putra-putri merka dalam menempuh pendidikan, jangankan memeriksa buku atau PR mereka di rumah, lapaoran hasil belajarpun mereka tidak akan mempertanyakan apakah anaknya tuntas atau tidak dalam menempuh pendidikan bahkan hadir kesekolahpun seorang guru harus rajin mencari siswanya kerumah karena umumnya orang tua siswa menganggap bahwa anak mereka juga harus membantu orang tua di rumah seperti bertani atau mencari nafkah. 

Kondisi pendidikan di daerah 3T memerlukan guru yang tidak hanya cerdas dari segi akademik tapi juga harus kreatif dalam menghadapi tantangan dengan kondisi di daerah 3T. Guru yang kreatif dapat menjadi pioneer kemajuan pendidikan di daerah 3T sehingga guru di daerah terpencil perlu mendapatkan pembinaan dan layanan khusus bagi pemerintah agar kualitas pendidikan di daerah 3T bisa sejajar dengan perkotaan. Hal ini sejaln dengan Undang Undang No. 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 3  menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia yang berada di daerah terpencil atau terbelakang berhak mendapatkan pendidikan layanan khusus. 


B. Masalah

Political and Economic Risk Consultant (PERC) melaporkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia berada pada peringkat ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi negara kita  berada di bawah Vietnam. Sementara hasil penelitian program pembangunan PBB (UNDP) tahun 2000 menunjukkan mutu sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan 109 dari 174 negara, jauh dibandingkan dengan negara Asean lainnya  Singapura di urutan 24, Malaysia di urutan 61, Thailand di urutan 76 dan Philipina diurutan 77.   Kondisi ini merupakan kondisi gawat darurat yang harus segera ditangani secara serius oleh berbagai pihak karena pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Salah satu faktor rendahnya mutu pendidikan di Indonesia adalah karena Indonesia tidak berdaya dalam menghadapi tantangan dan permasalahan-permasalahan pendidikan di daerah 3Tyang demikian kompleks. Sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah 3T yang perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah Indonesia dan guru adalah komponen penting yang perlu dibenahi.

Rendahnya kualitas guru di daerah terpencil merupan salah satu aspek penting sebagai penyumbang memperburuk kondisi pendidikan di daerah terpencil. Nilai terendah hasil UKG pada tahun 2015 yang digelar kemendikbud, Aceh 45,27, maluku 44,57,  maluku utara 41,94 sedangkan nilai tertinggi oleh DI yogyakarta 62,36, Jawa Tengah 58,53, DKI Jakarta 58,36 dari data ini terlihat bahwa kompetensi  guru di daerah 3T rendah. Kualitas guru sangat mempengaruhi kualitas pendidikan karena guru sebagai ujung tombak pelaksana tujuan pendidikan. Guru yang tidak bermutu akan menyebabkan kualitas pendidikan rendah dan akhirnya sumber daya manusia kitapun akan rendah.

Minimnya sarana dan Prasarana pendidikan di daerah 3T merupakan tantangan bagi guru. Kita tak akan menjumpai perpustakaan dan laboratorium yang memadai, bahkan sebagian besar sekolah di daerah 3T tidak memiliki perpustakaan, laboratorium dan sarana lainnya sehingga guru harus kretif dan inofatif dalam mencari sumber belajar dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. 

Selain sarana prasarana yang minim, guru yang bertugas  di daerah 3T juga kesulitan dalam menghadapi sulitnya arus informasi dan komunikasi. Kondisi ini semakin menyulitkan guru untuk menambah ilmu dan bertukar informasi dengan guru lainnya sehingga guru sulit berkembang dan mengoptimalkan kemampuannya. Manfaat akibat semakin berkembangnya arus informatika dan teknologi yang dirasakan masyarakat perkotaan tak dapat menyentuh guru dan peserta didik di daerah 3T akibatnya kesenjangan pendidikan semakin terlihat.

C. Pembahasan dan Solusi 

Meningkatkan mutu guru di daerah 3T membutuhkan kerja keras dan keseriusan pemerintah, meskipun telah banyak upaya untuk meningkatkan mutu guru di Indonesia namun hal ini tidak menyentuh guru yang ada di daerah 3T.  Peningkatan guru di daerah 3T haruslah mendapatkan perhatian dan penanganan khusus karena permasalahan guru didaerah 3T sudah sangat kronis dan berbeda dengan guru di daerah kota. Peningkatan kualitas guru di Indonesia tidak dapat dilakukan secara global karena hal ini dapat mengakibatkan kesenjangan antara pendidikan di daerah 3T dan di kota. Adapun usaha yang dapat dilakukan untuk  meningkatkan mutu guru di daerah 3T  adalah sebagai berikut :

1. Pemenuhan Kebutuhan Guru di Daerah 3T

Kekurangan guru adalah permasalahan yang sudah sejak lama disuarakan oleh pemerhati pendidikan di daerah 3T. Bagaimana mungkin proses belajar mengajar dapat berjalan dengan semestinya tanpa guru. Namun kenyataannya kondisi ini terus saja berlalu akibatnya anak-anak kita di daerah 3T mendapatkan pendidikan yang tidak layak dan akhirnya akan berpengaruh kepada pola pikir dan gaya hidup mereka yang menganggap bahwa pendidikan tidaklah penting. 

Saat ini pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kekurangan guru di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) diantaranya program guru garis depan (GGD), pengiriman guru SM-3T dan pengangkatan pegawai negeri sipil (PNS)  namun belum dapat mengatasi kekurangan guru secara signifikan. Guru di daerah 3T pada umunya tidak betah dan mengajukan mutasi setelah beberapa tahun bertugas. Kondisi alam daerah 3T, kurangnya sarana kesehatan dan sulitnya sarana komunikasi menjadi penyebab sulitnya guru bertahan di daerah 3T. Setiap tahun pemerintah pusat dan daerah mengirim guru ke daerah 3T namun kenyataannya daerah 3T tetap saja kekurangan guru hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus pemerintah dalam mengatasi kekurangan di daerah 3T. 

Putra-putri daerah 3T yang memiliki potensi menjadi guru merupakan aset bagi kita untuk mengatasi hal ini, selain sudah terbiasa dengan kondisi alam daerah 3T mereka juga diharapkan dapat kembali membangun daerahnya. Memberikan beasiswa penuh bagi putra-putri di daerah 3T untuk melanjutkan pendidikan keguruan di perguruan tinggi merupakan upaya yang lebih mengenai sasaran dari pada perekrutan guru melalui program guru garis depan (GGD) dan pengangkatan pegawai negeri sipil (PNS). 


2. Peningkatan Mutu Guru Melalui Kualifikasi Pendidikan

Menurut data Balitbang Depdiknas tahun 2010 dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8 % yang berpendidikan diploma DII kependidikan ke atas, sekitar 680.000 guru SMP/MTs baru 38,8 % yang berpendidikan DIII kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah dari 337.503 guru baru 57,8 % yang memiliki pendidikan S1 ke atas.  Hal ini senada dengan  data Kemdikbud bahwa hingga 2012, baru 75 persen dari sekitar 2,9 juta guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D4  Dari data tersebut kita dapat menyatakan bahwa secara nasional sebanyak 75% guru tidak layak mengajar dan sebagian besar dari 75% guru tersebut merupakan guru 3T. Guru 3T pada umumnya sulit untuk untuk melanjutkan pendidikan ke S1 dikarenakan akses untuk menempuh pendidikan di daerah 3T tidak ada.

Memberikan kesempatan kepada guru 3T untuk melanjutkan pendidikan tingkat sarjana adalah mutlak dilakukan untuk meningkatkan mutu guru. Guru yang belum memiliki kualifikasi S1 bukan saja tidak layak mengajar tapi juga akan membahayakan pendidikan dikarenakan output yang dihasilkan juga memeiliki mutu yang rendah. Pemberian beasiswa kepada guru untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S1 dapat dilakukan secara bertahap agar tidak terjadi kekosongan guru. Guru yang melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi tidak saja akan meningkatkan kompetensinya secara akademik tapi akan membuka jejaring dan memberikan akses bagi guru untuk mendapatkan informasi baru tentang pendidikan saat ini. 

Melanjutkan pendidikan di universitas terbuka (UT) merupakan salah satu alternatif bagi guru 3T untuk mendapatkan gelar sarjana. Hal ini sangat memungkinkan dikarenakan guru tidak perlu meninggalkan tempat tugasnya dalam menempuh pendidikan. Namun yang perlu digaris bawahi adalah peningkatan mutu guru perlu mendapatkan perhatian utama sehingga proses perkuliahan tidak hanya sekedar mendapatkan ijazah.


3. Peningkatan Mutu Guru 3T melalui Wadah dan Kelembagaan Guru

Wadah dan kelembagaan guru untuk pengembangan kesejawatan adalah kelompok yang bersifat nonstruktural dan lebih bersifat informal. Wadah ini dikembangkan berdasarkan bidang studi atau rumpun bidang studi pada masing-masing sekolah. Anggota yang memiliki kepangkatan tertinggi dalam setiap rumpun diharapkan dapat berfungsi sebagai pembimbing.   Kelompok guru ini akan menjadi tempat guru dalam bertukar pikiran dengan teman sejawat mengenai masalah berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. 

Salah satu kelompok guru yang ada pada setiap daerah termasuk daerah 3T adalah kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),  MGMP umumnya dimulai dari MGMP tingkat sekolah, kecamatan dan tingkat Kabupaten. Sayangnya kelompok guru ini kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah sehingga manfaat dari kegiatan ini kurang maksimal. MGMP dapat menjadi tempat bagi kita untuk  meningkatkan mutu guru di daerah 3T, diforum inilah  permasalahan-permasalah guru dapat dipecahkan bersama-sama dan saling bertukar pengalaman, pada forum ini juga anggota kelompok dapat mengembangkan perangkat dan media pembelajaran bersama-sama sehingga dapat meningkatkan professionalisme guru. 

4. Peningkatan Mutu Guru melalui Pendidikan dan Pelatihan yang Berkelanjutan

Penyelengaraan diklat peningkatan kompetensi guru yang ideal adalah diklat  yang dikemas berdasarkan kebutuhan pesrta diklat. Oeh karena itu, identifikasi kebutuhan peserta diklat yang berkenaan dengan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian kompetensi sosial dan kompetensi profesional harus dilakukan secara optimum dan berkelanjutan. Desainer diklat harus harus mampu memastikan peta kompetensi peserta diklat dengan memanfaatkan hasil uji profesi, tes performansi, analisis kebutuhan diklat, penilaian diri, monev, pemetaan sekolah atau hasil akreditasi dan sebagainya. Peta kebutuhan peserta diklat yang objektif diyakini akan mendukung terwujudnya program diklat peningkatan kompetensi yang bermakna dan sesuai dengan kebutuhan guru pada tataran satuan pendidikan. 

Pelaksanaan diklat di daerah 3T selama ini belum memberikan kontribusi yang signifikan bagi peningkatan mutu guru di daerah 3T, pelatihan yang dilaksanakan umunya dilaksanakan secara menyeluruh tanpa memperhatikan aspek kebutuhan guru di daerah 3T. Pelatihan khusus guru 3T jarang dilakukan bahkan hampir tidak pernah sama sekali. Sebagian besar guru 3T tidak pernah mengikuti pelatihan akibatnya guru 3T semakin jauh tertinggal.

Pendidikan dan pelatihan memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T, diklat yang dilaksanakan secara kontinyu dan berkesinambungan serta memperhatikan aspek kebutuhan dapat memberikan peningkatan kompetensi guru. Diklat peningkatan kompetensi guru boleh jadi merupakan jendela ilmu pengetahuan dan teknologi, jendela tempat dimana guru dapat melihat jaman yang senantiasa berkembang dinamis, jendela dunia dengan segala perkembangan dan tuntutannya, 


5. Pendampingan Selama Bekerja

Guru di daerah 3T memerlukan bantuan dan bimbingan untuk terus belajar, mengembangkan profesi dan mengevaluasi kinerjanya. Maka pendampingan bagi guru sangat diperlukan. Beberapa hal yang perlu diusahakan dalam membantu guru 3T untuk mengembangkan profesinya antara lain sebagai berikut :

a. Hari Belajar Guru

Disediakan waktu bagi guru, minimal sehari seminggu untuk menjadi hari belajar. Mereka tetap datang ke sekolah tetapi tidak mengajar melainkan belajar di laboratorium atau perpustakaan, mempersiapkan pembelajaran, melakukan penelitian kelas atau berdiskusi dengan rekan kerja.  Hari belajar guru ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan mutu guru di daerah 3T karena setelah mereka di rumah umumnya mereka sibuk dengan urusan pribadi.

b. Evaluasi terhadap Kinerja

Pengembangan profesi dapat terjadi apabila orang melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan. Apakah sudah baik dan sudah berjalan lancar, mana yang kurang dan perlu dikembangkan.  Refleksi dapat dilakukan sendiri, bersama guru lain bahkan siswa.  Evaluasi terhadap kinerja merupakan upaya guru untuk memperbaiki kinerjanya kedepan, sebagai contoh hasil belajar siswa yang rendah maka guru dapat melakukan evaluasi terhadap kinerjanya selama ini, mungkin guru kurang variatif dalam menggunakan metode, pemilihan media pembelajaran yang salah atau menggunakan alat ukur yang salah. Kegiatan pembimbingan terhadap pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan kepala sekolah atau pengawas pendidikan.

c. Penelitian Tindakan Kelas

Pemerintah perlu membantu guru untuk melakukan penelitian tindakan kelas, baik berupa dukungan dana maupun dukungan moril. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru akan membawa perubahan besar karena mereka akan melaukan perubahan di tempat mereka bekerja. 

6. Peningkatan Kesejahteraan Guru 3T

Hal yang sangat penting dalam membantu meningkatkan mutu guru adalah soal kesejahteraan guru. Bila kesejahteraan guru sangat rendah, tidak cukup untuk hidup mereka dengan keluarga mereka secara layak, maka akan mempengaruhi kinerja mereka.   Rendahnya kesejahteraan guru merupakan permasalahan yang selama ini masih dirasakan guru 3T, selain sulitnya mendapatkan layanan kesehatan, guru 3T juga dihadapkan oleh  mahalnya harga bahan pokok. Hal ini merupakan penyebab utama guru 3T memngajukan mutasi ke kota. 

Guru di daerah 3T perlu mendapatkan peningkatan kesehteraan, sangatl sulit bagi pemerintah untuk menuntut guru untuk melakukan tugas dengan baik dan mengembangkan profesi mereka bila mereka kekurangan. 

7. Supervisi Pendidikan

Menurut Nerney (1951), fungsi supervisi pengajaran adalah membantu para guru dalam memecahkan masalah-masalah yang mengganggu dan menghalangi berlangsungnya efektivitas dalam proses pendidikan.  Supervisi di daerah 3T sangat dibutuhkan, dengan kondisi geografis yang sulit dijangkau umumnya  pengawas pendidikan tidak dapat melakukan pengawasa secara optimal. Wilayah kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara terdiri atas pulau dan hutan belantara, beberapa daerah yang harus ditempuh dengan melewati sungai yang berjiram dan hutan belantara. Untuk melaksanakan supervisi ke daerah tersebut seorang supervisor harus menempuh waktu satu minggu. Dengan kondisi seperti ini maka pengawasan pendidikan hanya dilaksanakan oleh kepala sekolah. untuk itu perhatian dan pembinaan yang terencana dari pemerintah dalam melaksanakan supervisi pendidikan terhadap daerah 3T sangat diharapkan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 

D. Kesimpulan dan Harapan Penulis

1. Kesimpulan

Rendahnya kualitas pendidikan di daerah 3T  berakar dari rendahnya mutu guru. Guru daerah 3T masih banyak yang belum layak mengajar dan memiliki kompetensi rendah. Minimnya sarana prasarana, sumber belajar dan arus informasi dan teknologi menyulitkan guru 3T untuk mengembangkan potensinya. 

Peningkatan kualitas pendidikan di daerah 3T dapat dilakukan dengan Upaya peningkatan mutu guru. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu guru di daerah 3T adalah sebagai berikut :

a. Pemenuhan kebutuhan guru di daerah 3T

Pemenuhan kebutuhan guru di daerah 3T dapat dilakukan dengan mengangkat PNS, pengiriman guru garis depan (GGD) dan pemberian beasiswa penuh kepada putra-putri daerah yang memiliki potensi menjadi guru.

b. Peningkatan mutu guru melalui kualifikasi pendidikan

Pemberian beasiswa kepada guru untuk melanjutkan pendidikan kejenjang S1.

c. Peningkatan mutu guru 3T melalui wadah dan kelembagaan guru

Melalui wadah dan kelembagaan guru maka permasalahan-permasalah guru dapat dipecahkan bersama-sama dan saling bertukar pengalaman, pada forum ini juga  guru dapat meningkatkan professionalisme .

d. Peningkatan mutu guru melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.

Diklat peningkatan kompetensi guru boleh jadi merupakan jendela ilmu pengetahuan dan teknologi, jendela tempat dimana guru dapat melihat jaman yang senantiasa berkembang dinamis, jendela dunia dengan segala perkembangan dan tuntutannya,

e. Pendampingan selama bekerja

Guru di daerah 3T memerlukan bantuan dan bimbingan untuk terus belajar, mengembangkan profesi dan mengevaluasi kinerjanya sehingga pendampingan bagi guru sangat diperlukan

f. Peningkatan Kesejahteraan guru

Kesejahteraan guru sangat berdampak pada kinerja guru untuk itu untuk menuntut guru bekerja secara optimal maka diperlukan upaya peningkatan kesejahteraan guru.

g. Supervisi Pendidikan

Supervisi diperlukan untuk diharapkan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 

2. Harapan Penulis

Peningkatan Sumber Daya Manusia ditentukan oleh mutu  pendidikan dan mutu pendidikan sangat ditentukan oleh guru. untuk itu diharapkan kepada pihak yang terkait agar upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dibarengi dengan upaya peningkatan kualitas guru.

Peningkatan mutu guru di daerah 3T seharusnya mendapatkan pelayanan khusus sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2013 pasal 5 ayat 2 .karena permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru sangat berbeda dengan permasalahan guru di kota dan lebih kompleks.

DAFTAR  PUSTAKA 

Jpnn.com. Rp. 20 Miliar Bantuan Untuk Guru Derah 3T. http://www.jpnn.com/read/2013/04/22/168547/Rp20-Miliar-Bantuan-Untuk-Guru-Daerah-3T- (diakses  18 November 2016)

Kompasiana, “Pengaruh Pendidikan dan Kualitas Guru di Daerah Terpenci“ http://www.kompasiana.com/helmiwinda/pengaruh-pendidikan-dan-kualitas-guru-di-daerah-terpencil_56f0302fc3afbd66115a2e48 (diakses  18 November 2016 )

Listyarti, Retno “Praksis Pendidikan Saat ini,” Retnolistyart’s Blog” https://retnolistyarti.wordpress.com/2015/06/18/makalah-retno-dalam-diskusi-lmi-kompas-28-april-2015/ (diakses 23 Oktober 2016)

Social Text Journal. 2015.Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan  di Indonesia. http://socialtextjournal.com/faktor-penyebab-rendahnya-kualitas-pendidikan-di-indonesia/ diakses pada tanggal 13 Juni  2016 pukul 23.37

Suprihatiningrum. Guru Professional.  (Jakarta, Ar-Ruzz Media. 2013)

Suparno ,Paul. Pengembangan Professionalisme Guru. (Jakarta, Uhamka Press, 2009)

Supranata, S. Pengembangan Professionalisme Guru.(Jakarta, Uhamka Press. 2009)

Sumedi, P. Pengembangan Professionalisme Guru. (Jakarta, Uhamka Press. 2009)

UU RI No 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2

GERAKAN PROGRAM 1000 TAMAN BACA UNTUK MALINAU MELALUI PROGRAM RT BERSIH

 

Radiah

SMA Negeri 8 Malinau,

e-mail:  radiah.ripai@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah RT dapat berperan  dalam gerakan  1000 Taman Baca Untuk Malinau melalui Program RT Bersih sebagai upaya penuntasan wajib belajar 16 tahun. Tulisan ini merupakan penelitian deskriptif, dengan melibatkan 100 siswa SMA, SMP, dan SD di Kecamatan Malinau Barat, Ketua RT 1, 2 Kepala Desa, Kecamatan Malinau Barat, 3 Kepala Sekolah,   2 Pengelola Taman Baca di Kecamatan Malinau Barat sebagai nara sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RT dapat berperan dalam gerakan 1000 Taman Baca  untuk Malinau melalui Program RT Bersih. Pendirian 1000 Taman Baca bertujuan untuk meningkatkan minat baca siswa yang rendah dan  menuntaskan wjib belajar 16 Tahun. Saat ini hanya terdapat 1 taman baca di Kecamatan Malinau Barat yang dikelolan oleh RT melalui program RT Bersih.

 

Kata kunci: 1000 Taman Baca,   RT Bersih

 

PENDAHULUAN

            Indonesia Emas 2045 merupakan harapan besar bagi Indonesia agar menjadi sebuah Negara yang unggul, Negara yang mampu bersaing dengan Negara-negara lain di dunia. Indonesia juga diharapkan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan bangsa seperti korupsi, disintegrasi dan kemiskinan. Untuk  mewujudkan Indonesia Emas tersebut, kunci utamanya adalah membangun Manusianya.

Potensi utama sebuah bangsa bukan pada laut, tanah, dan tambang melainkan pada Sumber Daya Manusianya, sehingga Sumber Daya Manusia harus dibangun menjadi Sumber Daya Manusia yang mampu membawa Indonesia menjadi Negara Emas pada tahun 2045. Pemimpin bangsa Indonesia pada tahun 2045 kelak merupakan anak-anak kita yang saat ini sedang menemupuh Pendidikan Dasar yang masih berusia 14 tahun kebawah. Mereka adalah harapan bangsa, tumpuan untuk membangun bangsa dengan ide-ide atau gagasan kreatif. Oleh karena itu mereka harus dibangun dan disiapkan semaksimal mungkin untuk menghadapi tantangan dan mewujudkan Indonesia Emas dengan menanamkan gemar membaca sejak dini.

Saat ini kita sering mendengarkan bahwa minat baca anak-anak Malinau sangat rendah, anak-anak kita lebih sering bermain game online, bersosial media, menonton televisi dibandingkan membaca buku. Anak-anak kita banyak yang terlambat sekolah karena bermain game hingga larut malam serta memanfaatkan waktu luangnya dengan bermain game. Peran orang tua dalam mengatur penggunaan mobile Phone anak di rumah sangat kurang. Orang tua lebih senang membelikan anaknya Smart Phone dan barang mewah lainnya dibandingkan membeli buku sehingg anak-anak kita tidak memiliki minat baca. Hal ini semakin diperparah dengan kondisi sekolah yang kurang memiliki fasilitas perpustakaan.

Kabupaten Malinau merupakan salah satu Kabupaten yang ada diprovinsi Kalimantan Utara, Provinsi termuda di Indonesia. Kabupaten Malinau merupakan Kabupaten yang ada di Daerah perbatasan dan sebagian masyarakat masih tertinggal dari daerah lain. Pendidikan di Kabupaten Malinau juga belum sesuai dengan harapan terbukti pada Ujian Nasional tingkat  SMA Tahun 2018/2019, Kalimantan Utara masih berada pada posisi 18 dari 35 Provinsi. Posisi Kalimantan Utara masih di bawah posisi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Posisi Kabupaten Malinau adalah berada pada peringkat 4 dari 5 Kabupaten di Kalimantan Utara (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019) .

Siswa SMP kita juga masih tertinggal dari Provinsi lain, hasil UNBK SMP Tahun  2019 menunjukkan Kalimantan Utara berada di posisi 16 dari 35 Provinsi yang ada di Indonesia, dengan rata-rata nilai 49,15. Posisi Kalimantan Utara masih di bawah posisi Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Posisi Kabupaten Malinau di Provinsi Kalimantan Utara sama halnya dengan hasil UN siswa SMA yaitu berada diurutan keempat dari lima Kabupaten yang ada di Provinsi Kalimantan Utara. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019).

Data ini sangat memprihatinkan karena Kabupaten Malinau merupakan Daerah yang kaya akan Sumber Daya Alam yang membutuhkan generasi Emas yang mampu  berpikir inovatif dan kreatif dalam mengolah dan memanfaatkan SDA yang ada di kabupaten Malinau. Rendahnya kualitas pendidikan di Kabupaten Malinau dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah rendahnya minat baca siswa.

Rendahnya minat baca siswa-sisiwi di Malinau merupakan salah satu faktor penyebab ketidakberdayaan mereka menghadapi ujian di sekolah  dan kesulitan dalam bersaing dengan daerah lain di Indonesia. Minat baca mereka harus ditumbuhkan sejak dini, dengan membiasakan mereka membaca dan menganggap membaca sebagai hobby sehingga mereka dapat membaca dengan senang dan riang.

Pendirian Taman Baca merupakan kebutuhan yang sangat mendesak saat ini, anak-anak Malinau harus didorong dan dikembangkangkan minat bacanya melalui pendirian taman baca di seluruh RT. Taman baca tidak hanya sekedar meminjamkan buku kepada anak-anak secara gratis, akan tetapi taman baca ini dapat berperan sebagai  sarana belajar, menumbuhkan minat belajar dan yang tidak kalah penting bahwa Taman Baca dapat berfungsi sebaga tempat anak menghabiskan waktu luang dengan baik. Anak-anak terhindar dari pergaulan yang tidak sehat yang dapat mengarah kepada tawuran, penggunaan narkoba, pergaulan bebas dan bermain game.

Rukun Tetangga (RT) merupakan lembaga masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah, RT di Kabupaten Malinau juga mendapatkan perkhatian khusus oleh pemerintah daerah dengan meluncurkan program RT bersih. Salah satu program RT bersih adalah peningkatan Sumber Daya Manusia, melalui program inilah Ketua RT dapat berperan dalam menuntaskan  program Wajib Belajar 16 Tahun melalui gerakan 1000 Taman Baca. 


Gerakan 100 Taman Baca

Peraturan Bupati Malinau Nomor 1 Tahun 2017 tentang Program Wajib Belajar 16 Tahun menyatakan bahwa dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, serta mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan amanat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka Pemerintah Kabupaten Malinau menetapkan masyarakat Malinau wajib menempuh pendidikan dari usia 3 tahun hingga 18 Tahun. 22.

Pasal 9 ayat (1) tentang penyelenggara pendidikan  disebutkan bahwa  Pogram wajib Belajar 16 (enam belas) Tahun diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Pada ayat (7) kemudian dijelaskan bahwa Jalur pendidikan informal yang dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui pendidikan keluarga dan/atau pendidikan lingkungan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa Gerakan 1000 Taman Baca melalui Program RT Bersih sejalan dengan program Pemerintah Lainnya yaitu Penuntasan Wajib Belajar 16 Tahun.

Taman Baca merupakan upaya untuk melayani masyrakat terutama anak usia sekolah tanpa membedakan latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan adat istiadat. Menurut Buku Petunjuk Teknis Pengajuan Penyaluran dan Pengelolaan Bantuan Taman Bacaan Masyarakat Rintisan  (2013:04)  Taman Bacaan Masyarakat adalah   sarana atau lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang  bahan bacaan berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multimedia lain yang dilengkapi dengan ruangan untuk  membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator.  Menurut Amrin (2011: 04) Taman bacaan Masyarakat adalah sebuah lembaga atau unit layanan berbagai kebutuhan bahan bacaan yang dibutuhkan dan berguna bagi setiap orang per orang atau sekelompok masyarakat di desa atau di wilayah TBM  berada dalam rangka meningkatkan minat baca dan mewujudkan masyarakat berbudaya baca.

Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga atau unit layanan yang menyediakan bahan bacaan untuk sekelompok masyarakat di suatu wilayah dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat. Masyarakat menyadari dan menghayati bahwa taman bacaan sangat diperlukan oleh masyarakat. Minat masyarakat terhadap TBM harus terus dibina dan dikembangkan sehingga masyarakat memperoleh informasi yang mereka perlukan. Hali ini diperkuat dari hasil Penelitian Riri Rizky Malulida (2017) menyimpulkan bahwa TBM berperan penting dalam mengembangkan minat baca anak.

 

Peran Rukun Tetangga (RT) dalam Masyarakat

            RT merupakan lembaga masyarakat yang sangat dekan dengan masyarakat, di dalam RT kehidupan penuh gotong royong, kekeluargaan, solidaritas dan musywarah dibangun. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 dijelaskan bahwa salah satu peran RT adalah membantu pelayanan yang merupakan tanggung jawab pemerintah Kabupaten Kota.  Hasil penelitian Lutfi Rahmat Firdaus dan Nany Yuliastuti (2015) menyimpulkan bahwa  RT dapat mempengaruhi dari ketersediaan dan kondisi sarana prasarana lingkungan rumah susun, kegiatan keragaman sosial budaya rumah susun, frekuensi dan antusiasme kegiatan lingkungan rumah susun, dan usaha sampingan penghuni rumah susun di Jakarta. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian M Syawaluddin dan Monalisa (2016) dari Universitas Islam Riau  menyimpulkan bahwa Rukun tetangga di Kabupaten Karimun dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dalam membantu pelayanan yang merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten.

            Hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa Rukun Tetangga sebagai lembaga masyarakat  memiliki fungsi membantu pelayanan pemerintah Kabupaten Kota. Dengan demikian dapat pula kita simpulkan bahwa RT dapat melaksanakan gerakan 1000 Taman Baca di Kabupaten Malinau sebagai pelayanan terhadap program Pemerintah Kabupaten. Jika setiap RT di Kabupaten Malinau mendirikan Taman Baca maka dapat dipastikan bahwa warga Malinau pada tahun 2045 akan berperan besar dalam mewujudkan Indonesia Emas.

                                                         METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan teknik observasi dan wawancara. Nara sumber dari penelitian ini adalah 100 siswa SD, SMP dan SMA di Kecamatan MAlinau Barat, Kepala Sekolah SD, SMP, SMA yang ada di Malinau Barat, Kepala Desa Kuala Lapang dan Kepala Desa Tanjung Lapang, RT 1 Desa Tanjung Lapang, Pengelola TBM di Kecamatan Malinau Barat.  Hasil observasi dan wawancara selanjutnya dianalisis dengan menngunakan metode berpikir deduktif yaitu berdasarkan fakta-fakta yang umum dan peristiwa-peristiwa yang konkrit.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

1.         1000 Taman Baca melalui Program RT Bersih

Salah satu program pemerintah Kabupaten Malinau adalah Program RT Bersih (Rapi, Tertib Bersih, Sehat, Indah dan Harmonis), berdasarkan peraturan Bupati Malinau Nomor 33 Tahun 2017 menyebutkan sumber biaya program RT bersih berasal dari APBD Kabupaten Malinau dengan alokasi dana sekurang-kurangnya 260 juta pertahun setiap RT. Program. Dana RT bersih ini kemudian dikelola secara mandiri oleh RT untuk melaksnakan program-program RT Bersih.

 Kepala Desa Tanjung Lapang menjelaskan bahwa program RT bersih mencakup Tata Kelola Pemerintah, pembangunan infrastruktur, peningkatan Sumber Daya Manusia, dan ekonomi kreatif. Salah satu program RT Bersih yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia adalah dengan menidrikan Taman Baca. Taman baca ini sangat bermanfaat dalam menumbuhkan minat baca dan meningkatkan kualitas pendidikan di Malinau. Pendidian 100 Taman Baca untuk Malinau melalui program RT Bersih bukanlah hal yang perlu diperdebatkan dan dikuatirkan karena sudah ada dalam program RT bersih seperti yang telah dilaksanakan di RT 1 Desa Kuala Lapang.

Ketua RT 1 Tanjung Lapang sebagai pendiri dan pengelola  Taman baca Masyarakat menyatakan bahwa awal pendirian Taman Baca hanya menyiapkan 100 exp buku, namun keberadaan Taman Baca ini kemudian mendapatkan perhatian dari Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, Perusahaan dan masyarakat dan saat ini sudah memiliki buku sebanyak 700 exp. Ukuran taman baca yang dibuat juga tidak terlalu luas, yakni hanya berukuran 2 x 3 meter. Untuk menarik minat pembaca mengunjung Taman Baca RT 1 tersebut, ketua RT membuat beberapa kegiatan seperti : kegiatan mendongeng, bermain peran dll.

Taman Baca Masyarakat  yang lainnya yang ada di Kecamatan Malinau Barat adalah Taman Baca Pelangi Pintar, Taman Baca ini merupakan Taman Baca yang ada di Desa Kuala Lapang RT 2, Taman Baca ini awalnya didirikan oleh masyarakat secara mandiri namun kemudian mendapatkan perhatian oleh Kepala Desa Kuala Lapang. Taman Baca Pelangi yang saat ini memiliki buku sebanyak 300 exp dikelola dan dibiayai oleh Desa . Selain dari Desa, Taman Baca ini juga mendapatkan Bantuan dari Pemerintah Pusat.

Menurut Sekertaris Camat Malinau Barat, Kecamatan Malinau Barat hanya memiliki 2 Taman baca yakni Taman baca Pelangi  yang dikelola oleh Desa Kuala Lapang dan Taman Baca RT 1 Desa Tanjung Lapang yang dikelola oleh RT 1 Desa Tanjung Lapang. Ibu Sekcam yang baru saja menjabat sebagai Sekertaris Camat tersebut berharap agar kedepannya lebih banyak lagi berdiri Taman Baca Masyarakat sebagai sarana untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di kecamatan malinau Barat

Tantangan yang dihadapi oleh kedua Taman Baca tersebut adalah rendahnya minat baca masyarakat terutama anak-anak yang masih usia sekolah, akibatnya taman baca tersebut hanya membuka layanan 2 jam setiap minggu. Ketua RT 1 Desa Kuala Lapang menyebutkan bahwa taman baca yang dikelolanya hanya buka 1 kali satu seminggu yakni hanya buka di hari Sabtu dari pukul 16 Wita s.d 17 Wita. Pengunjung Taman Baca ini  hanya sekitar  20 anak setiap minggu dan sebagian besar dari mereka adalah pengunjung dari RT lain. Hal senada juga dialami oleh Taman Baca Pelangi Pintar, selain jumlah buku yang masih kurang, taman baca ini juga mengeluhkan minimnya pengunjung Taman Baca.

 

2.      Minat Baca Siswa Rendah

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh pengelola taman baca adalah rendahnya minat baca masyarakat, pengunjung taman baca perminggu hanya sekitar 20 pengunjung. Pengunjung yang datang sudah termasuk beberapa RT sekitar,  Bob Robert sebagai pengelola Taman Baca Masyarakat (TBM) RT 1 menyatakan bahwa untuk meningkatkan minat baca anak-anak dia bekerjasama dengan Guru-guru yang ada di sekitar RT 1 dan melakukan lomba berdongeng. Hasil Temuan terhadap minat baca siswa di Kecamatan Malinau Barat disajikan pada tabel 1.

 Tabel 1. Minat Baca Siswa

No

Keadaan Siswa

Prosentase

 

1

Senang membaca buku

20%

2

Membaca buku lebih dari 3 kali semingu

20%

3

Memiliki waktu khusus yang dibuat oleh orang tua untuk membaca di rumah

31%

4

Memiliki waktu khusus yang dibuat oleh sekolah untuk membaca di sekolah

35%

5

Tidak pernah dibelikan buku oleh orang tua

37%

6

Tidak memiliki buku bacaan

26%

7

Sering meminjam buku di perpustakaan

12%

Sumber : Data Primer (2020)

 Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat kita simpulkan bahwa minat baca siswa di Kecamatan Malinau Barat rendah. Hanya 20% siswa yang senang membaca buku, 20% membaca buku lebih dari 3 kali seminggu. Hasil temuan tentu saja membuat kita prihatin, bagaimana mungkin anak-anak kita yang dapat berperan dalam menghadapi tantangan menuju Indonesia emas jika tidak suka membaca. Penelitian yang melibatkan siswa SD, SMP dan SMA ini juga menemukan bahwa hanya 31% siswa yang memiliki waktu khusus yang dibuat oleh orang tua untuk membaca di rumah dan hanya 35% siswa memiliki waktu khusus membaca di sekolah.

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa minat baca anak tidak dikembangkan sejak dini oleh orang tua dan sekolah. Hanya sebagian kecil orang tua yang sadar akan pentingnya menumbuhkan minat baca anak. Terdapat  sebanyak 37% orang tua yang tidak pernah membelikan buku anaknya, sebanyak 26% siswa yang tidak memiliki bahan bacaan di rumah dan hanya 12% siswa yang sering meminjam buku di perpustakaan. Hal ini tentu saja tidak bisa kita dibiarkan, uluran tangan semua pihak untuk mengejar ketertinggalan kita tentang pendidikan sangat dibutuhkan. Pendirian taman baca di setiap RT mutlak dilakukan karena RT merupan lembaga masyarakat terkcil dan paling dekat dengan masyarakat yang memungkinkan melakukan gerakan 1000 Taman Baca untuk Malinau.

Cara siswa menhabiskan waktu luang juga sangat memprihatinkan, hanya 13% siswa yang menghabiskan waktunya untuk membaca, 47% bermain game, 18% menonton Televisi, sebanyak 15% siswa lebih senang  nongkrong dengan temannya, dan sebanyak 7% membantu orang tuanya di rumah. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar anak-anak kita menghabiskan waktu luang dengan bermain game. Data tentang cara siswa menghabiskan waktu luang disajikan pada grafik 1.




Grafik 1. Cara Siswa Menghabiskan Waktu Luang

            Sumber : Data Primer (2020)

 

3.      Meningkatkan PeranTaman Baca

Taman baca yang ada di kecamatan Malinau Barat terkesan kurang diminati dan sangat sepi pengunjung, hanya melayani pengunjung 2 jam perminggu dan dikunjungi sekitar 20 pengunjung setiap minggu. Kondisi ini tentu saja tidak akan memberikan solusi untuk menumbuhkan minat baca masyarakat dan berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Malinau. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh RT dalam melaksanakan gerakan 1000 Taman Baca Untuk Malinau melalui Program RT Bersih adalah :

 

a.       Penataan Taman Baca

Taman baca yang baik adalah taman baca yang membuat anak-anak atau pengunjung lainnya merasa betah, nyaman, dan senang sehingga mereka dapat menjadikan taman baca sebagai tempat favorit. Ruang baca sebaiknya ditata dengan menarik dan menyenangkan, pengelola  taman baca sebaiknya dapat membuat ruang baca yang memungkinkan anak membaca buku sesuai gaya mereka seperti melantai atau berbaring saat lelah. Taman baca tidak harus luas atau mewah tapi yang penting adalah anak-anak atau pengunjung merasa nyaman . Pengelola Taman Baca Masyarakat juga dapat membuat ruang baca di alam terbuka sehingga pengunjung merasa bebas dan tidak bosan.

Sakah satu Taman Baca Masyarakat yang ada di Tangerang yaitu Taman Baca Otista menata ruang baca dengan menarik sehingga animo membaca anak. Mereka setiap hari berkunjung ketaman baca untuk  bermain, membaca dan belajar bersama. Hal yang sama dilakukan oleh Taman Baca Inovasi Blaise Pascal Bandung Barat, ruang baca dibuat di dalam ruangan dan di teras sehingga anak-anak dapat dapat membaca di ruangan atau diteras. Taman baca ini buka setiap hari dan dikunjungi anak-anak sepulang sekolah. (Taman Baca Inovator : 2020)

 

b.      Melaksanakan Kemah Literasi dan Perlombaan

Melaksanakan kelah literasi dapat pula dilaksanakan pada hari-hari tertentu. Kemah literasi bertujuan untuk meningkatkan motivasi anak-anak untuk mengikuti kegiatan literasi di taman baca. Kemah Literasi dapat dilaksanakan oleh beberapa taman baca, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa komunitas di Ketapang. Kegiata Kemah  Literasi adalah membaca, menulis dan melaksanakan lomba mendongeng, lomba menggambar, lomba mewarnai, dan lomba mendaur ulang sampah. Hal serupa juga dilakukan oleh Taman Baca Innovasi Marie Curie, secara berkala pengelola taman baca mengajak peserta melakukan wisata membaca.

Lain halnya yang dilakukan oleh Taman Baca Inovasi Wrigh Brother, Taman baca yang berada di Kepulauan Tanimbar Maluku ini melakukan senam bersama sebelum memulai kegiatan untuk menarik minat anak untuk datang mengunjungi taman baca. Kegiatan ini tentu saja selain menyenangkan juga menehatkan. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh pengelola taman baca untuk menarik perhatian masyarakat untuk menjadi anggota taman baca. (Taman Baca Inovator : 2020)

 

c.       Menjalin Kerjasama dengan Pihak Lain

Membuat taman baca sendiri tanpa bekerjasama dengan pihak lain adalah hal yang mustahil dilakukan, ada beberapa peran tokoh yang dapat menjadi partner bagi pengelola taman baca bersinergi untuk meningkatkan minat baca dan pendidikan anak. Pengelola taman baca  dapat melibatkan guru, pengusaha, tokoh masyarakat, relawan, dan pemerintah.

Taman Baca Masyarakat RT 1  Desa Tanjung Lapang banyak melakukan kerjasama dengan guru, tokoh masyarakat, perusahaan dan Pemerintah Daerah kabupaten Malinau. Kerjasama ini tentu saja sangat membatu RT sebagai pengelola dalam menjalankan pemenuhan kebutuhan taman baca. Ketua RT menyebutkan bahwa taman baca yang dipimpinnya pernah mendapatkan batuan buku dari Perusahaan, Pemerintah Pusat melalui Tim Inovasi Literasi, Pemerinta Daerah dan tokoh asyarakat. Taman baca ini juga melibatkan guru yang bermukim di RT 1 untuk menjadi narasumber atau pengelola taman baca.

Kerjasama dengan dunia usaha juga dilakukan oleh salah satu Taman Baca Inovasi Kunang-kunang Sukabumi, taman baca ini bekerjasama dengan PT Kao Indonesia. Mereka berbagi dan menceritakan tentang jenis profesi dan aktivitas mereka bekerja setiap hari. Banyak anak-anak yang terinspirasi dalam kegiatan ini, mereja juga belajar  tentang cara merawat dan menjaga kebersihan tubuh. (Taman Baca Inovator :2020)

 

KESIMPULAN

      Rukun Tetangga atau RT merupakan lembaga masyarakat terkecil dan paling dekat dengan masyarakat. Seluruh RT di Kabupaten Malinau berdasarkan peraturan Bupati Malinau Nomor 33 Tahun 2017 mendapatkan alokasi dana sekurang-kurangnya 260 juta pertahun dalam melaksanakan program RT Bersih  (Rapi, Tertib Bersih, Sehat, Indah dan Harmonis.

Salah satu program RT Bersih adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan mendirikan taman baca di setiap RT. Pergerakana 1000 Taman Baca untuk Malinau hanya memungkinkan dilakukan di RT karena RT memiliki ruang lingkup yang kecil dan dekat dengan warga. Hal ini sudah dibuktikan oleh pendiri Taman Baca Masyarakat RT 1 Desa Tanjung Lapang yang didirikan dan dikelola melalui program RT Bersih.

Gerakan 1000 Taman Baca untuk Malinau Melalui Program RT Bersih merupakan upaya meningkatkan minat baca siswa atau anak-anak Malinau yang rendah. Siswa SD, SMP dan SMA kita lebih senang bermain game atau menonton televisi daripada membaca buku. Rendahnya minat baca siswa di Kabupeten Malinau dikarenakan minat baca mereka tidak dikembangkan sejak dini. Orang tua, Sekolah dan lingkungan mereka tidak memberikan ruang kepada anak untuk gemar membaca. Melalui Gerakan 1000 Taman Baca untuk Malinau melalui Program RT Bersih diharapkan dapat mengembangkan minat baca anak sejak dini.

Gerakan 1000 Taman Baca untuk Malinau melalui Program RT Bersih dapat dilakukan dengan mendirikan minimal 1 taman baca setiap RT, taman baca ini harus dibuat menarik sehingga pengunjung senang dan betah membaca atau mengikuti kegiatan di taman baca tersebut. Hal penting yang dapat dilakukan pengelola taman baca agar menarik adalah: (1) Penataan Ruang Baca, (2) Melaksanakan Kemah Literasi dan Perlombaan, dan (3) Menjalin kerja sama dengan pihak lain.

 

  

 

Daftar Pustaka

 

Amrin. Cara Praktis Merintis Dan Mendirikan Taman Bacaan Masyarakat. Medan: Pustaka TBM MRD. 2011.

 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktoran Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini. Petunjuk Teknis  Pengajuan, Penyaluran dan Pengelolaan Bantuan Taman Bacaan Masyarakat Rintisan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013.

 

Komunitas Library For Underprivileged Indonesia Children., https://instagram.com/tamanbacainovator?igshid=ikaj26rl7fq0 / Taman Baca  Inovator. (diakses 10 Februari 2020, Pukul 20.00 WITA)

 

Kepala Desa Kuala Lapang. Wawancara tentang Pendirian Taman Baca Melalui RT Bersih. 2020. Kantor Desa Kuala lapang

 

Kepala Desa Tanjung Lapang. Wawancara tentang Pendirian Taman Baca Melalui RT Bersih. 2020. Kantor Desa Tanjung lapang

 

Ketua RT 1 Desa Tanjung Lapang. Wawancara tentang Pendirian Taman Baca Melalui RT Bersih. 2020. Rumah Ketua RT 1

 

Kepala SMAN 8 Malinau. Wawancara tentang Minat Baca Siswa. 2020.SMAN 8 Malinau

 

Kepala SMPN 3 Malinau Barat. Wawancara tentang Minat Baca Siswa. 2020. SMP Negeri 3 Malinau Barat.

 

Kepala SDN 005  Malinau Barat. Wawancara tentang Minat Baca Siswa. 2020. SDN 005  Malinau Barat.

 

Ltfi Rahmat Firdaus dan Nanny Yuliastuti. Pengaruh Lembaga Rukun Tetangga (RT) Terhadap Kondisi Rumah Susun Dinas  Pemadam KebakaranPegadungan dan Poncol Jakarta. Semarang: Jurnal Pengembanagn Kota, Volume 3 Nomor 1. 2015

 

M Swaluddin dan Monalisa. Studi Pelaksanaan Fungsi Rukun Tetangga di Kelurahan Tanjung Batu Kota Kecamatan KendurKabupaten  Karimun. Riau. Jurnal Pemerintah, Politik dan Birokrasi, Volume II Nomor 1. 2016

 

Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!smp!capaian!99&99&999!T&T&T&T&1&unbk!1!&/ Capaian Nilai Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2018/2019 SMP, (diakses 1 Februari 2019, Pukul 20.00 WITA)

 

Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id/#2019!smp!capaian!99&99&999!T&T&T&T&1&unbk!1!&/ Capaian Nilai Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2018/2019 SMA, (diakses 1 Februari 2020, Pukul 22.00 WITA)

 

Peraturan Bupati Malinau Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Program Wajib Belajar 16 Tahun pasal 9 Ayat 1. 2017.

 

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang  Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan. 2007

 

Riri Rizky Maulida. Peran Taman Bacaan Masyarakat Warabel dalam Mengembangkan Minat Baca Anak Melalui Pendar dan Dongeng. Tidak diterbitkan. Jakarta. UIN Syarif Hidayatullah. 2017.

 

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta, 2014.

Sekretaris Camat Malinau Barat. Wawancara tentang Pendirian Taman Baca Melalui RT Bersih. 2020. Kantor Camat Malinau Barat.

SEKOLAH RIMBA SOLUSI UNTUK DAERAH 3T

       Peserta kuliah umum pembatik level 4 patut berbangga karena mendapatkan kesempatan berbagi pengalaman dengan seorang pegiat pendidika...