Selasa, 22 September 2020

SEKOLAH RIMBA SOLUSI UNTUK DAERAH 3T

       Peserta kuliah umum pembatik level 4 patut berbangga karena mendapatkan kesempatan berbagi pengalaman dengan seorang pegiat pendidikan, pendiri dan Direktur Institut Pusat Kajian Pendidikan Masyarakat Adat "Butet Manurung". Butet Manurung lahir di Jakarta pada tanggal 21 Februari 1972 dengan nama asli Saur Marlinang Manurung. "Butet" sendiri awalnya merupakan panggilan akrab yang diberikan teman-temannya dan kini masyarakat Indonesia lebih mengenal wanita yang telah dikarunia dua anak ini dengan  "Butet Manurung". 

       Pada kuliah umum ini Ibu Butet menurung berbagi pengalaman mendirikan Sekolah Rimba di daerah sulit yang memiliki banyak tantangan dan penuh perjuangan. Mulai dari penolakan masyarakat Rimba, pengusiran, keterbatasan sarana, hingga dikejar binatang buas.  Pada kesempatan ini, wanita lulusan Unpad Jurusan Antropologi dan Sastra Indonesia ini juga menceritakan bagaiman dia mendapatkan pelajaran dari hutan jadi menurut dia "BELAJAR DARI MENGAJAR".

SEKOLAH FORMAL TIDAK COCOK UNTUK DAERAH SULIT

       Ibu Butet Manurung menyampaikan bahwa sekolah formal yang ada sekarang tidak cocok diterapkan di daerah sulit seperti di hutan. Sekolah formal tidak bermanfaat buat mereka, permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi di hutan tidak bisa diselesaikan di sekolah formal. Mereka lebih membutuhkan kompetensi yang taktis seperti bagaimana cara memanah, memanjat, dan begaimana menghadapi serangan binatang buas. 

       Kurikulum yang dikembangkan oleh Ibu Butet Manurung di hutan atau rimba adalah berdasarkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi masyarakat setempat, permasalahan ini kemudian dikembangkan dan didiskusikan dengan tokoh masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan kurikulum disetiap lokasi berbeda karena permasalahan yang dihadapi juga berbeda. Bahkan wanita berdarah Batak ini menyampaikan bahwa bahasa yang digunakan untuk mengajar juga menggunakan bahasa daerah setempat. 

       Hal penting yang harus menjadi perhatian khusus bagi pengajar atau guru yang mengajar di daerah adalah menghargai budaya, adat istiadat mereka, dan merendahkan hati untuk menerima perbedaan. Cara mereka berpakaian, berbicara, dan bergaul adalah keragaman yang harus kita hargai. Pada kesempatan ini Ibu Butet Manurung memaparkan bagaimana dia bergaul dengan anak Rimba, berburu bersama, bergaul dan belajar bersama. 

MENGAPA SEKOLAH FORMAL TIDAK MEMBERIKAN SOLUSI?

1. Sekolah formal tidak mengajarkan kemampuan yang sesuai dengan kondisi/potensi sekarang.  

Hal ini merupakan tantangan bagi guru yang mengajar di sekolah formal untuk menambahkan  kompetensi yang kondisi.potensi sekarang. Misalnya kemampuan berburu.

2. Sekolah formal tidak mengakomodir cara belajar lokal dan alamiah yang dinamis di alam bebas. 

Siswa hanya berada di kelas yang dibatasi tembok yang tidak memberikan siswa bergerak bebas  bergerak aktif. Seorang guru perlu sekali-kali membawa siswa belajar di luar kelas yang sesuai   dengan konsep,

3, Sekolah formal tidak mengatasi persoalan kehidupan dan permasalahan sekitar siswa.   

Seorang guru sebaiknya memasukkan peristiwa sehari-hari dalam kelas sehingga guru dan siswa dapat mengatasi masalah secara bersama-sama. Misalnya bagaimana mengatasi sampah plastik maka  solusinya guru dan siswa membawa minuman dalam botol.

4. Sekolah formal tidak belajar merespon persoalan kehidupan dan perubahan sekitar anak. 

Seorang anak rimba yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung untuk pergi dari hutan  sehingga tidak dapat membangun kampung halamannya. Hal ini terjadi karena ilmu yang diperolehnya tidak nyambung  dengan ilmunya akibatnya ilmunya tidak dapat memecahkan permasalahan-permasalahan di hutan, 

5. Sekolah formal tidak mengakomodasi nilai dan kebenaran versi lokal. 

Seorang siswa akan dianggap melanggar aturan apabila memakai cawat, tatto padahal hal ini merupakan budaya lokal yang perlu dihargai.

Pada kesempatan ini penulis juga sangat berbahagia karena pertanyaan saya sebagai guru di daerah perbatasan dibacakan dan dijawab oleh wanita yang saya idolakan tersebut, penulis menanyakan bagaimana cara mendapat dukungan dari berbagai pihak agar mendukung peningkatan pendidikan di daerah sulit, dan jawabannya adalah BUKTIKAN KEBERHASILAN PROGRAM ANDA MAKA DUKUNGAN AKAN MENGALIR.

Semangat berjuang. Merdeka belajarnya, Fortal Rumah Belajarnya, Maju Indonesia


    

    



4 komentar:

Harapan Bangsa mengatakan...

bagus ini. selayaknya ada beberapa class yang diakomodir tidak hanya yang bersenjatakan buku dan pulpen saja.

jika sekolah ini terwujud diharapkan kedepan akan ada class class seperti archer, warrior, assasin maupun mage.

nantinya juga akan ada spesifikasi class contohnya warrior bisa memilih apakah menjadi sword master atau marcenary.

tentu saja hal ini harus didukung oleh pemerintah untuk membuka lapangan pekerjaan sebagai warrior agar lulusan dari sekolah tersebut mendapat pekerjaan yang sesuai dengan skill mereka.

RADIAH BERBAGI. com mengatakan...

Benar sekali, kita sangat membutuhkan dukungan mereka untuk Indonesia Maju

Unknown mengatakan...

Keren

Unknown mengatakan...

Mantap...semoga mutu pendidikan didaerah 3T lambat laun semakin maju sehingga bisa bersaing dengan daerah2 lain yang notabene sudah tervasilitasi dengan baik...salam indonesia maju

SEKOLAH RIMBA SOLUSI UNTUK DAERAH 3T

       Peserta kuliah umum pembatik level 4 patut berbangga karena mendapatkan kesempatan berbagi pengalaman dengan seorang pegiat pendidika...